Dianggap Ancam UMKM, Ini Perbedaan E-Commerce dan Social E-Commerce

Anggi Mardiana
29 September 2023, 12:39
Perbedaan e-commerce dan social e-commerce
Katadata/Desy Setyowati
Ilustrasi, perbedaan e-commerce dan social e-commerce.

Perbedaan e-commerce dan social e-commerce ramai menjadi perbincangan. Ini berawal dari social e-commerce dianggap sebagai penyebab sepinya pedagang UMKM yang berjualan secara offline. Salah satu aplikasi aplikasi social commerce yang hangat diperbincangkan, adalah TikTok Shop.

Penjualan di media sosial asal Cina tersebut mampu mencapai miliaran sehingga dinilai merugikan dan mengambil pasar pedagang offline. Menurut Sprout Social, social commerce merupakan tempat jual beli barang atau jasa secara langsung dalam platform media sosial. Pengguna bisa menyelesaikan seluruh proses pembelian melalui satu platform sekaligus.

Beberapa platform media sosial terkemuka menawarkan beragam fitur social commerce khusus bagi para pedagang. Termasuk platform seperti Pinterest, TikTok, Facebook dan Instagram.

Melalui fitur ini, para pedagang online bisa membuat etalase digital langsung dalam platform itu dan menggunakan etalase ini untuk membeli produk tanpa mengunjungi situs lain.

Keuntungan Menggunakan Social E-Commerce untuk Berbisnis

TikTok Shop
Social E-Commerce (Skill Akademi by Ruangguru) 

TikTok Shop merupakan salah satu social e-commerce yang ramai diperbincangkan karena banyak pembeli yang lebih tertarik menggunakan aplikasi TikTok. Pasalnya harga yang ditawarkan cenderung lebih murah.

Sebelum membahas perbedaan e-commerce dan social e-commerce, berikut beberapa keuntungan social e-commerce untuk berbisnis:

1. Membantu Mempertahankan Pelanggan dan Meminimalisir Friksi

Social commerce memudahkan pedagang mengubah orang yang sebelumnya hanya sekedar pengguna media sosial menjadi pelanggan.

Sebab, mereka bisa langsung melakukan pembelian di platform yang sama. Kehadiran social commerce menghilangkan kebutuhan untuk beralih dari satu aplikasi atau situs web lain untuk menemukan produk yang akan dibeli.

2. Mendorong Pendapatan Tambahan Daripada E-Commerce Tradisional

Social commerce mendorong peningkatan porsi pendapatan dari pemasaran untuk bisnis melalui e-commerce. Menurut McKinsey, penjualan social commerce ritel di Amerika Serikat mampu menghasilkan pendapatan hingga US$ 45,7 miliar pada 2022. Para ahli memperkirakan jumlahnya bisa mencapai hampir US$ 80 miliar pada 2025.

3. Menjangkau Calon Pelanggan Secara Lebih Luas

Jumlah pengguna media sosial terus meningkat hingga mencapai lebih dari 4 miliar orang. Belum lagi media sosial yang membantu konsumen menemukan merek dan produk baru. Berdasarkan studi Belanja Sosial Sprout Social pada 2022, 40% konsumen menemukan produk yang ingin dibeli melalui postingan suatu merek.

Ketika pedagang memanfaatkan social commerce, produk yang dipasarkan akan ditampilkan kepada banyak orang sehingga bisa menjangkau lebih banyak pelanggan.

4. Mengumpulkan Data Mengenai Kebiasaan Pelanggan

Fitur social commerce memberikan penjual akses untuk masuk ke profil sosial media pelanggan secara langsung. Hal ini membantu penjual dalam menemukan data pelanggan yang bisa digunakan untuk menyusun strategi berjualan.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...